SERANG BARU - Pemerintah Kabupaten Bekasi berkomitmen penuh dalam mendukung program nasional eliminasi penyakit kusta. Komitmen ini ditunjukkan melalui kunjungan kerja Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, dan Gubernur Jawa Barat, Dedy Mulyadi, yang disambut langsung oleh Bupati Bekasi, Ade Kuswara Kunang, di Kantor Kecamatan Serang Baru, dalam agenda Penguatan Penanggulangan Penyakit Kusta di Kabupaten Bekasi, pada Rabu (23/7).
Kunjungan ini merupakan tindak lanjut dari High Level Meeting on Leprosy Programme yang digelar di Denpasar, Bali, pada 7 Juli 2025 lalu. Dalam pertemuan tersebut, Kementerian Kesehatan RI bersama Sasakawa Health Foundation dan lima kepala daerah dengan prevalensi kusta tertinggi yakni Kabupaten Sampang, Kabupaten Bekasi, Brebes, Tangerang, dan Kota Jayapura, bersepakat untuk memperkuat kolaborasi dalam percepatan eliminasi kusta di Indonesia.
Di Kabupaten Bekasi sendiri, lokasi kunjungan diawali dari Puskesmas Sirnajaya, yang menjadi salah satu pusat pelayanan kesehatan dengan program penanganan kusta aktif dan bertemu langsung dengan pasien serta tenaga kesehatan yang menangani kasus kusta secara berkesinambungan di tingkat akar rumput.
Dalam sambutannya, Bupati Bekasi menyampaikan rasa terima kasih atas perhatian serius dari pemerintah pusat dan provinsi terhadap isu kesehatan masyarakat, khususnya dalam penanggulangan kusta.
“Kehadiran Bapak Menteri Kesehatan dan Bapak Gubernur Jawa Barat di Kecamatan Serang Baru hari ini adalah sebuah kehormatan dan kebanggaan bagi kami. Ini menjadi bukti nyata bahwa isu kusta mendapat perhatian khusus, sekaligus momentum untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor,” tutur Bupati.
Bupati mengungkapkan bahwa meskipun kusta bukanlah penyakit baru dan pengobatannya telah tersedia secara efektif, namun tantangan terbesar justru masih terletak pada keterbatasan akses layanan di wilayah-wilayah tertentu serta masih kuatnya stigma dan diskriminasi terhadap penyandang kusta di tengah masyarakat.
Di Kabupaten Bekasi, berdasarkan data tahun 2023 dan 2024, tercatat 306 kasus baru dengan Case Detection Rate (CDR) sebesar 9,22 per 100.000 penduduk, serta 20 kasus disabilitas tingkat dua. Per Juni 2025, dari laporan Sistem Informasi Pencatatan dan Pelaporan Program Kusta (SIPK), terdapat 121 kasus baru, dengan 98,9% merupakan tipe Multibasiler (MB) dan 6 kasus ditemukan pada anak-anak.
“Ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa kusta masih menjadi tantangan serius. Bukan hanya dari sisi medis, tetapi juga sosial. Karena itu, intervensi harus holistik, dari pencegahan, pengobatan, hingga penghapusan stigma,” jelas Bupati.
Dalam upaya mengakselerasi eliminasi kusta di wilayahnya, Bupati menyatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Bekasi telah dan akan terus menguatkan berbagai aspek, mulai dari deteksi dini, pemerataan layanan pengobatan, hingga edukasi kepada masyarakat.
“Pemerintah Kabupaten Bekasi menyatakan komitmen penuh mendukung target nasional eliminasi kusta tahun 2030. Untuk itu, kami mendorong sinergi antara pemerintah daerah, tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, lembaga sosial, dan seluruh pemangku kepentingan,” ucapnya.
Lebih lanjut, Bupati menekankan bahwa penguatan kapasitas tenaga medis, integrasi program dengan sektor pendidikan dan sosial, serta keberlanjutan intervensi hingga tingkat desa menjadi langkah strategis yang harus ditempuh.
“Permasalahan kusta tidak bisa diselesaikan oleh sektor kesehatan saja. Dibutuhkan dukungan lintas OPD, Camat, Kepala Desa, tokoh agama, bahkan komunitas pemuda. Semua harus bergerak bersama,” tegasnya.
Bupati juga menyebut bahwa edukasi publik secara masif menjadi bagian penting dalam penanganan kusta. Masyarakat harus diberi pemahaman bahwa kusta bukan kutukan, tidak menular dengan mudah, dan bisa disembuhkan bila ditangani sejak dini.
“Kita harus akhiri diskriminasi terhadap para penyintas kusta. Mereka berhak hidup layak, sehat, dan bermartabat. Inilah bentuk pelayanan kesehatan yang inklusif dan berkeadilan,” pungkasnya.
Melalui kunjungan ini, diharapkan terjadi peningkatan komitmen bersama antar level pemerintahan dalam menghapus kusta dari Indonesia. Kabupaten Bekasi sebagai wilayah industri sekaligus pemukiman padat, dinilai strategis untuk menjadi model percepatan eliminasi kusta berbasis kolaboratif.
“Kunjungan Bapak Menteri Kesehatan dan Gubernur Jawa Barat hari ini adalah dukungan nyata bagi kami. Semoga ini menjadi titik tolak bagi kita semua dalam mempercepat upaya penghapusan kusta, demi mewujudkan Kabupaten Bekasi yang bangkit, maju, dan sejahtera.” tutupnya.
Sementara itu, Menteri Kesehatan RI, Budi Gunawan Sadikin, menyebut secara nasional Indonesia menempati posisi ketiga tertinggi kasus kusta di dunia, setelah India dan Brasil. Pada tahun 2024, tercatat 14.698 kasus baru dengan angka CDR sebesar 5,24 per 100.000 penduduk. Di tingkat provinsi, Jawa Barat menduduki posisi kedua penyumbang kasus terbanyak, dengan 1.805 kasus baru.
Lebih lanjut, bahwa kusta masih menjadi persoalan kesehatan masyarakat yang membutuhkan perhatian lintas sektor dan lintas level pemerintahan. Ia menekankan pentingnya penguatan kapasitas tenaga kesehatan di semua jenjang agar diagnosis dan penanganan kasus dapat dilakukan lebih cepat dan tepat.
Menteri menuturkan, pencegahan bisa dimulai dengan, menerapkan berbagai inovasi penanggulangan kusta, salah satunya melalui integrasi skrining kusta dalam kegiatan Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) di lima kabupaten/kota dengan kasus tertinggi, yakni Kabupaten Bekasi, Tangerang, Brebes, Sampang, dan Kota Jayapura.
“Masih sangat diperlukan adanya dukungan untuk melaksanakan peningkatan kapasitas bagi dokter, petugas kesehatan, analis laboratorium, serta pemegang program kusta di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan puskesmas. Mereka perlu dilengkapi dengan kemampuan mendiagnosis kusta secara dini, fokus terhadap kasus sesuai standar, serta melakukan evaluasi dan pemantauan kemungkinan reaksi selama dan setelah pengobatan.” ujar Menkes Budi.
Gubernur Jawa Barat, Dedy Mulyadi, yang turut hadir dalam kunjungan ini menegaskan bahwa masyarakat harus mulai melihat penderita kusta bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai sesama manusia yang sedang berjuang. Dirinya menyayangkan masih kuatnya stigma sosial yang melekat pada penyintas kusta, yang sering kali membuat mereka tersisih dari lingkungan sosial, pendidikan, bahkan keluarga.
Gubernur pun memberikan apresiasi atas keberanian Pemerintah Kabupaten Bekasi, yang secara terbuka menghadapi persoalan kusta dan menjadikannya prioritas penanganan. Menurutnya, keberanian ini patut menjadi contoh bagi kepala daerah lainnya, karena hanya dengan sikap terbuka dan kolaboratif persoalan kusta bisa ditangani secara menyeluruh.
“Mari kita wujudkan Jawa Barat yang tidak hanya bebas dari kusta secara klinis, tetapi juga bebas dari pengucilan dan prasangka. Karena bangsa yang besar bukan yang membangun gedung tertinggi, tetapi yang menjaga martabat manusia setinggi-tingginya.” pungkasnya.
Turut hadir dalam kegiatan ini Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bekasi, Camat Serang Baru, jajaran Perangkat Desa Sirnajaya, Perangkat Daerah Pemprov Jawa Barat, dan tamu undangan lainnya.
Reporter: RSM
Editor: IND