KOTA BOGOR - Pemerintah Kabupaten Bekasi melakukan studi tiru ke Sekolah Pengelolaan Sampah (Spansa), yang diterima langsung oleh Ketua Divisi Teknik Lingkungan pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB), Arief Sabdo Yuwono, serta jajaran terkait. Bertempat di Gardu Dalam, Kelurahan Margajaya, Kota Bogor, pada Sabtu (20/5).
Studi tiru ini dalam rangka solusi spesifik percepatan pembangunan di Kabupaten Bekasi tahun 2023-2026, khususnya dalam program Tekno Sosial dan Pemanfaatan Sampah Organik bersama Tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Menanggapi persoalan sampah di Kabupaten Bekasi, Pj. Bupati Dani Ramdan terus mengencarkan aksinya dalam mendorong implementasi pengurangan sampah, dengan melakukan kegiatan pengolahan sampah organik melalui budidaya Magot Larva Black Soldier Fly (BSF).
“Disini kita belajar bahwa sampah organik itu bisa diolah dirumah menjadi kompos dan magot larva yang bisa digunakan pakan ternak, saya pikir ini sangat mudah untuk ditiru,” katanya.
Untuk mewujudkan program ini, pihaknya akan memulai budidaya di Rumah Dinas Bupati dan Komplek Perkantoran Pemkab Bekasi, serta melibatkan seluruh stakeholder dalam pembudidayaan ini.
“Dimulai dari Rumah Dinas dan Kantor Pemkab Bekasi. Kedua, saya mengajak Kepala Dinas Pendidikan untuk dilakukan disemua sekolah. Ketiga, pasar karena komposisi sampah organiknya tinggi, kemudian di kecamatan-kecamatan,” ucapnya.
Dirinya juga akan membuat regulasi terhadap pasar untuk mewajibkan adanya instalasi pengolahan sampah organik dengan memilah sampah organik sebagai kompos juga magot, serta sampah anorganik dijual ke pemulung.
“Kita wajibkan ada instalasi pengolahan sampahnya sehingga tidak diangkut keluar seluruhnya, jadi yang betul-betul tidak bisa dimanfaatkan saja yang akan ditarik dan dibuang ke TPA,” imbuhnya.
Ia melanjutkan, dengan 200 bank sampah diwilayah Kabupaten Bekasi, dirinya berharap agar bank sampah tidak hanya mengolah sampah organik namun memulai untuk mengolah sampah anorganik juga agar dapat terurai seluruhnya.
“Ada 200 bank sampah ya, saya harap jenis sampah apapun organik ataupun anorganik bisa diolah, dipilah agar semua habis terurai.” tuturnya.
Saat diwawancarai, Staf Ahli Bupati, Iis Sandra Yanti, menuturkan bahwa pengolahan sampah dengan metode magot ini akan direplikasi untuk menangani sampah yang berada dihulu, yakni tingkat desa, kecamatan, sekolah dan pasar, serta akan terus ditinjau untuk melihat keefektivitasannya dalam jangka pendek, menengah, dan panjang.
“Disini sistem pengolahan sampahnya menggunakan magot, kita lihat keefektivitasan melalui beberapa bak magot ini seperti apa untuk fokus menangani sampah yang ada dihulu,” tuturnya.
Ia menambahkan, Pemkab Bekasi telah memilih beberapa sektor sebagai pilot project pengaplikasian program tersebut, yakni ditingkat pasar ada Pasar Sukabungah Bojongmangu dan Pasar Babelan, ditingkat desa ialah Desa Sukabungah Bojongmangu, serta ditingkat Kecamatan ialah Kecamatan Bojongmangu.
Menurut Arief Sabdo Yuwono, Spansa ini merupakan fasilitas murni dengan fokus terhadap pengolahan sampah dimasyarakat. Terdapat beberapa produk pengolahan sampah organik yang mampu dihasilkan, yakni Pyrolisis plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM), limbah plastik menjadi pot tanaman, dan teknik flooding magot larva BSF.
“Spansa ini fasilitas murni dari kami dengan berfokus pada pengolahan sampah, banyak sekali manfaat yang bisa diambil dari produk sampah organik kami. Contoh bisa dibuat menjadi BBM, sampah makanan wortel bisa menjadi karotin untuk ikan, limbah plastik menjadi pot, serta magot larva yang bisa mengurai sampah.” tukasnya.
Agenda dilanjutkan dengan mengunjungi rumah budidaya lava magot, dan Rumah Biru sebagai bengkel pembuatan alat-alat penunjang pengelolaan sampah.
Tampak hadir dalam studi tiru kali ini, Staf Ahli Bupati, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Bekasi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kepala Dinas Perdagangan, Plt. Kecamatan Bojongmangu, serta Tim Ahli dari ITB.
Reporter : RSM
Editor : FIU