"Tahun depan sudah tertulis di perencanaan akan ditingkatkan ke beton. Sambil menunggu supaya tidak menimbulkan korban, kita tutup dulu dengan coral atau batu kapur ini, paling tidak bisa dilewati secara aman," katanya saat diwawancarai di lokasi.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa penanganan dengan material batu kapur ini menggunakan limbah non Bahan Berbahaya atau Beracun (B3) hasil kerja sama dengan PT. Gunung Raja Paksi, Tbk. Dengan demikian, limbah ini termasuk dalam kategori ramah lingkungan, sehingga aman digunakan.
"Jadi mayoritas material bahannya tetap batu kapur yang merupakan limbah PT. Gunung Raja Paksi, tapi limbah ini kategori non B3. Jadi masuk ke ramah lingkungan," tambahnya.
Setelah mulai mendapatkan penanganan, ia mengajak masyarakat untuk ikut menjaga kondisi jalan tersebut dengan memastikan jalannya tetap dalam kondisi rata dan tidak bergelombang, agar rencana perbaikan dengan beton nanti dapat berjalan dengan lancar.
"Harapannya masyarakat bersabar karena kita sedang berusaha. Masyarakat juga harus menjaga jalan ini, walaupun ini baru sementara, jika ada rusak jangan dibiarkan saja," harapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pembangunan Jalan pada Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga dan Bina Konstruksi (SDABMBK), Heru Pranoto, menjelaskan bahwa jalan dengan panjang 332 meter dan lebar 4 meter tersebut terakhir mendapatkan penanganan berupa pengecoran pada tahun 2019 lalu. Kemudian pada tahun 2020, perbaikan jalan tersebut telah masuk dalam anggaran, tetapi karena adanya refocusing maka perbaikannya diundur sampai tahun 2023 mendatang.
"Jalan ini terakhir dilakukan pengecoran di tahun 2019. Tahun 2020 kemarin sudah dianggarkan tetapi kena refocusing, sehingga kita anggarkan lagi di tahun 2023 mendatang," jelasnya.
Reporter: ind
Editor: fiu