"Saya harap para perias pengantin ini bisa lebih berkembang, agar bisa memajukan sektor budaya, ekonomi, dan pendidikan bagi masyarakat," tuturnya saat diwawancarai.
Jika dilihat dari sisi budaya, ia menjelaskan bahwa rias pengantin ini dapat dijadikan wadah untuk pelestarian budaya daerah sesuai keturunannya, karena dalam acara pernikahan, masyarakat juga akan menjalankan upacara adatnya masing-masing.
"Dari sisi budaya, rias pengantin ini sebagai sarana pelestarian budaya daerah karena biasanya pengantin berorientasi dengan budayanya," ucapnya.
Pada kesempatan tersebut juga turut disampaikan wacana dimana riasan serta pakaian pengantin khas Kabupaten Bekasi akan mulai diperkenalkan secara lebih luas di kalangan masyarakat. Pemkab Bekasi akan mendukung hal tersebut serta akan memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
"Sarana dan prasarana seperti ini bisa kami sediakan secara gratis jika ingin pakem pengantin Bekasi mulai diperkenalkan kepada masyarakat," katanya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Bekasi Ani Gustini, menjelaskan bahwa kegiatan ini diselenggarakan oleh Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Bekasi yang berada di bawah naungan DP3A. Diharapkan melalui kegiatan ini akan muncul berbagai pakaian pengantin khas Kabupaten Bekasi yang dapat menarik minat masyarakat luas.
"Jadi kegiatan ini dilaksanakan GOW Kabupaten Bekasi yang pembinaannya ada di DP3A. Sementara ini, kita akan coba pakaian-pakaian pengantin yang lebih menarik agar masyarakat berminat menggunakan itu di acara pernikahannya," tutupnya.
Dalam kegiatan tersebut hadir Kepala DP3A Kabupaten Bekasi Ani Gustini, Ketua TP-PKK Kabupaten Bekasi Ria Dani Ramdan, Ketua DWP Kabupaten Bekasi Wulur Dedy Supriyadi, Ketua Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia (HARPI) Kabupaten Bekasi Retno Rayung Wulan, serta Ketua DPD HARPI Jawa Barat Euis Baim.
Reporter: ind
Editor: fiu